Mencari Sang Pemimpin Bukan Sang Pemimpi




Dulu sewaktu saya SD teman-teman saya bermimpi untuk menjadi seorang dokter, polisi atau presiden, dan sekarang mungkin kah seorang sang pemimpi itu bisa menjadi pemimpin sesungguhnya. Bukankah tugas kita menjadi khalifah di muka bumi, itu bukan hanya sekedar mimpi. Seorang pemimpin bisa saja menjadi pemimpi dan seorang pemimpi tidak tertutup kemungkinan bisa juga menjadi pemimpin.yaaah, walau hanya berbeda dari huruf ‘n’ nya saja di belakang sebuah kata, tapi dari sisi itu pengertian di antara kedua kata terebut sangatlah berbeda.
Dan inilah saatnya memasuki babak baru dalam masa pemerintahan sangat tak kunjung memuaskan atas penyelenggaraan pemilu di negara yang berdaulat ini. Yaah sebentar lagi Indonesia akan memperingati pesta demokrasi lebih tepatnya 9 April 2014 nantinya.Calon Pemimpin atau calon wakil rakyat ini lah yang akan kita pilih menuju gerbang kemenangan demokrasi. Namun kita harus belajar untuk memilih yang terbaik untuk negara kita bukan unuk sekelompok parpol.  Jika kita ingin mencari seorang pemimpin yang amanah maka kita harus melihat seberapa tinggi loyalitas dan dedikasi orang tersebut dengan kewajibannya terhadap umat. Bayangkan saja jika kewajiban dia sebagai umat terhadap Tuhannya saja selalu di abaikan, maka tidak menutup kemungkinan kewajiban dia sebagai negarawan.


Kita bisa liat di dalam pancasila, tertuang sila pertama ‘Ketuhanan Yang Maha Esa’. Rumusan sakral ini merupakan awal mengwujudkan mimpi sang Pemimpin.

Pemimpin dalam Al Qur’an di sebut waly al-amr. Waly artinya Pemilik dan al-amr berarti ‘urusan atau perintah’, jadi wali al-amr adalah orang yang mendapat amanat untuk menangani urusan dan kepentingan umat sekaligus memiliki wewenang untuk memerintah.


“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul(Nya) dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (AL Qur’an) dan Rasul (As Sunnah), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu)dan lebih baik akibatnya” (QA. An Nisa; 59)


Naaah berarti kita harus dong mentaati pemimpin kita, tapi hak tersebut bersifat nisbi. Maksudnya adalah jika pemimpin kita taat kepada Allah dan kepada Rosul.

Tentang kepemimpinan Allah menyatakan : “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.” Yang dimaksud dengan pemimpin adalah kemampuan seseorang untuk meyakinkan orang lain agar orang lain itu dengan sukarela.





Teladan Umat



Rasulullah merupakan suri teladan bagi umatnya, maka sepantasnya kita meneladani kebiasaan Rosul. Walaupun kita tak selalu di hadapkan dalam kondisi yang tampil prima untuk melaksanakan kewajiban tersebut.

kunci dari kepemimpinan rasulullah. Beliau berhasil memimpin dunia dengan suara hatinya, dan diikuti pula oleh suara hati pengikutnya. Dia bukan hanya seorang pemimpin manusia, namun dia adalah pemimpin segenap hati manusia. Ia adalah pemimpin abadi.

Pemimpin sejati adalah seorang yang selalu mencintai dan memberi perhatian kepada orang lain, sehingga ia dicintai. Memiliki integritas yang kuat, sehingga ia dipercaya oleh pengikutnya. Selalu membimbing dan mengajari pengikutnya. Memiliki kepribadian yang kuat dan konsisten. Dan yang terpenting adalah memimpin berlandaskan atas suara hati yang fitrah.


Rasulullah saw pernah bersabda "Sebaik-baik pemimpin kalian ialah yang kalian mencintainya dan dia mencintai kalian. Dia mendoakan kebaikan kalian dan kalian mendoakannya kebaikan. Sejelek-jelek pemimpin kalian ialah yang kalian membencinya dan ia membenci kalian. Kalian mengutuknya dan ia mengutuk kalian." Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa berkhidmat dengan tulus dan menafkahkan jiwa raganya untuk kemaslahatan umat. Ia berkorban dengan mudah dan ringan karena merasa itulah kehormatan menjadi pemimpin, bukan mengorbankan orang lain.



Hati-hati dalam Memilih Pemimpin



Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan saudara-saudaramu pemimpin-pemimpinmu,jika mereka lebih mengutamakan kekafiran atas keimanan dan siapa yang di antara kamu yang menjadikan mereka pemimpin-pemimpinmu, maka mereka itulah orang-orang yang zalim. (QS. 9:23)

Dan katakanlah:"Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir". Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang-orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek. (QS. 18:29)


Program Memilih Pemimpin


1. Memilih calon pemimpin dan wakil pemimpin yang dekat dengan  nilai-nilai Al Qur’an dan  As Sunnah

2.  Pemimpin yang amanat. Amanat Allah, amanah kemanusiaan, dan amanah alam semesta. Tidak beriman pemimpin yang tidak menjalankan amanah. Barang siapa tidak tidak dapat menjalankan amanah kepemimpinan, ia akan menuai hujat dan kutukan.

3.  Pemimpin itu keteladanan. Siapkan diri untuk menjadi contoh, model, dan teladan nyata, bukan hasil pencitraan semata, bukan rekayasa orang-orang yang akan menjerumuskan anda. Bukan pura-pura jadi teladan, bukan pula hendak menyingkirkan saudara atau sahabat.

4.  Pemimpin yang memiliki loyalitas, kesetiaan, dan ketaatan. Loyalitas kepada Allah dan Rasul-Nya. Loyalitas kepada Al-Quran dan sunnah nabi-Nya yang mutlak alias absolut. Sedang ketaatan anda kepada manusia atau lembaga itu relatif. Ketaatan anda pada hukum-Nya itu mutlak, sedang ketaatan anda kepada hukum dan aturan manusia bersifat kritis dan kontraktual, dan kondisional. Kurangnya loyalitas dalam hal apa pun seringkali menjadi salah satu penyebab utama kegagalan daam perjlanan hidup kita.

5.  Pemimpin yang berkompetensi alias keunggulan. Keunggulan spiritual, intelektual, dan emosional. Keunggulan akademis, empiris, dan teknis. Keunggulan leadership dan manajemen. Bahkan, dalam hal tertentu anda dituntut memiliki keunggulan ekonomis dan fisis.

6. Pemimpin itu khodamul ummat atau pelayan publik. Pemimpin yang harus banyak melayani rakyat atau umat demi kemaslahatan mereka, bukan sebaliknya. Jadi, yakinkan diri kita untuk memilih seorang pemimpin, bukan pemimpi!

Sifat profesionalisme digambarkan dalam Al-Qur’an Surat An-nisa : 84 ” Katakanlah :” Tiap-tiap orang berbuat menurut keadaanya masing-masing. Maka Tuhanmu lebih mengetahui siapa yang lebih benar jalan-Nya”


Dalam QS. Al-Hijr (94–95), Allah menyeru kepada manusia untuk menyampaikan segala kebenaran dan apa yang diperintahkan oleh-Nya secara terang-terangan. Dan inilah prinsip seorang pemimpin haruslah berani melakukan dakwah secara terang-terangan.

Pemimpin budiman tidak berpikir apa yang akan dia dapatkan dari umat, tetapi apa yang bisa dia berikan kepada umat. Inilah "cermin" yang bisa kita raup dari kepemimpinan Rasulullah Muhammad saw. pribadi agung, yang teladan-teladannya terus hidup dalam dada kita, kaum Muslimin hingga akhir zaman. Selamat memilih pemimpin untuk bangsa ini bukan bisanya Cuma milih jodoh aja. Eeehh

Keputusan ada di tangan Anda, yuuk kita nyoblos di pemilu 9 April nanti. Jangan sampai GOLPUT, satu suara berarti untuk negri kita ini. Semoga Indonesia maju dan makmur rakyatnya.





yuuk follow twitter @fatimazzz
facebook Siti fatimah 

Komentar

Unknown mengatakan…
Aku jarang banget bisa nulis artikel. Makanya suka salut sama yang bisa nulis artikel, hehe. Good job, Fatimah. Masukin di Kompas Forum bisa nih kayaknya :)

Btw jangan lupa pilih PKS yaah hahhhaa teteup :D
MY LIFE mengatakan…
makasih mba, aku malah pengen kaya mba, kagum bgd, mba al keren

Postingan populer dari blog ini

(Self Reframing)

Ini Proposal Hidupku

Dakwah bukan Profesi tapi Amalan yang harus tersampaikan